Islam sejak dari awal sangat mementingkan hidup
sehat melalui tindakan promotif-preventif-protektif. Langkah dimulai
dari pembinaan terhadap manusia sebagai subjek sekaligus objek persoalan
kesehatan itu sendiri. Islam menanamkan nilai-nilai tauhid dan
manifestasi dari tauhid itu sendiri pada diri manusia. Nilai-nilai
tersebut mampu merubah persepsi-persepsi tentang kehidupan manusia di
dunia yang pada gilirannya tentu saja secara merubah perilaku manusia.
Dan perilaku yang diharapkan dari manusia yang bertauhid adalah perilaku
yang merupakan realisasinya dari ketaatan terhadap perintah dan
larangan Allah.
Empat faktor utama yang mempengaruhi kesehatan adalah
lingkungan
(yang utama), perilaku, pelayanan kesehatan, dan genetik. Bila ditilik
semuanya tetaplah bemuara pada manusia. Faktor lingkungan (fisik, sosek,
biologi) yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap status kesehatan
tetap saja ditentukan oleh manusia. Manusialah yang paling memiliki
kemampuan untuk memperlakukan dan menata lingkungan hidup.
Secara individual dengan landasan nilai tauhid tadi, Islam mengajarkan agar setiap muslim bergaya hidup sehat. Ini merupakan cara
efektif untuk menghindari sakit. Kebersihan misalnya, sangat ditekankan
oleh Islam dan dinilai sebagai cerminan dari Iman seseorang. Kewajiban
membersihkan hadats kecil, mandi janabah, sunnah untuk bersiwak
membuktikan bahwa Islam sangat perduli terhadap kebersihan fisik. Dengan
berwudhu, seorang muslim akan secara langsung membersihkan tangan (yang
biasanya menjadi pangkal masuknya penyakit ke dalam mulut) dan muka.
Kemudian, mencuci kemaluan dengan air (bukan dengan tissue) setelah
buang air kecil atau buang air besar. Sementara, ibadah puasa secara
pasti telah memberikan pengaruh sangat baik terhadap kesehatan perut.
Dengan puasa, sistem pencernaan yang selama 11 bulan bekerja, laksana
mesin mendapatkan kesempatan untuk diistirahatkan.
Akan tetapi ibadah dalam Islam bukanlah arena untuk menyiksa diri,
menelantarkan badan dan mengabaikan kesehatan. Suatu ketika datang
kepada Rasulullah SAW beberapa sahabat. Ada yang mengutarakan niatnya
untuk berpuasa tanpa berbuka, ada pula yang ingin shalat malam tanpa
tidur. Rasulullah SAW menolak keinginan itu seraya mengingatkan bahwa
badan kita punya haq (untuk beristirahat). Rasulullah SAW sendiri
berpuasa tapi juga berbuka, shalat malam selalu di tegakkan, aku bangun
tetapi juga tidur katanya.Sehingga kendati kegiatan sehari-harinya
sangat padat, sedikit istirahat, makan secukupnya (bahkan seadanya),
Rasulullah SAW dikenal memiliki kondisi fisik yang prima. Beliau jarang
sakit. Beliau menderita sakit sesaat menjelang wafat.
Organisasi Kesehatan se-Dunia (WHO, 1984) menyatakan bahwa aspek
agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehatan
seutuhnya. Bila sebelumnya pada tahun 1947 WHO memberikan batasan sehat
hanya dari 3 aspek saja, yaitu sehat dalam arti fisik (organobiologik),
sehat dalam arti mental (psikologik/psikiatrik) dan sehat dalam arti
sosial; maka sejak 1984 batasan tersebut sudah ditambah dengan aspek
agama (spiritual), yang oleh American Psychiatric Association dikenal
dengan rumusan
http://www.fadlie.web.id/bangfad/kesehatan-dalam-islam.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar