SAMPAH ELEKTRONIK DIBEBERAPA NEGARA MAJU
Apakah itu sampah
elektronik atau Electronic Waste / E-Waste?? Sampah elektronik atau Electronic
Waste / E-Waste adalah kumpulan benda-benda berupa komponen-komponen bekas dari
barang-barang elektronik yang sudah tidak terpakai lagi. Sampah elektronik
terbanyak adalah berupa telepon genggam, diikuti televisi, perangkat komputer,
dan lemari es. Sampah elektronik paling banyak dihasilkan oleh negara-negara
maju seperti Amerika, Uni Eropa, Australia, Jepang, dan Korea Selatan dimana
pembuangannya sebagian besar dilakukan secara legal dan illegal ke negara-negara
berkembang dan juga negara miskin seperti China, Thailand, India, Meksiko,
Nigeria, Singapore, dan Brazil. Atau ke negara-negara lainnya yang tujuan pengirimannya
masih diperkirakan seperti negara kita Indonesia, Filipina, Vietnam, Malaysia,
Rusia, Ukraina, Kenya, Mesir, Venezuela, Argentina, dll.
Hal itu, menurut Jim Pockett, seorang praktisi
dari Action Network Basel Convention, mengungkapkan negara-negara maju seperti
Amerika Serikat mulai kesulitan membuang limbah elektronik mereka. Celakanya,
negara-negara maju itu mengincar negara berkembang sebagai tempat pembuangan
limbah elektronik mereka. Namun pihak Bea dan Cukai di Indonesia berhasil
membongkar upaya itu dan mengembalikan sampah elektronik tersebut ke Amerika.
Ohoho…Siapa yang tidak suka barang elektronik tercanggih? Apalagi yang ada diskonnya…hmmm…nyam…nyam…nyam… |
Kebanggaan dan
kekaguman tak akan pernah berhenti membuncah di hati masing-masing manusia bila
menyaksikan keberhasilan peradaban manusia yang saat ini terus menerus kian
maju dengan pesat, termasuk dalam perkembangan teknologi di bidang elektronika.
Sejatinya kemajuan teknologi diciptakan manusia dan terus disempurnakan bagi
fungsi utamanya untuk mempermudah kehidupan manusia itu sendiri. Maka dari itu
kita tidak mungkin lagi mencegah atau memperlambat laju perkembangan teknologi
elektronika yang serba cepat saat ini. Hingga tanpa kita sadari
ternyata barang-barang elektronik yang sudah tak terpakai, dibuang, dan ‘ketinggalan
jaman’ bisa menjadi tumpukan-tumpukan sampah berbahaya yang menggunung dan begitu
mencemari lingkungan. Menurut United Nation Environmental Program (UNEP),
sampah elektronik dunia mencapai angka 50 juta ton per tahun!! Bahkan
diperkirakan sampah elektronik akan 'membooming'
di sepuluh tahun kedepan. Bayangkan berapa banyak sampah elektronik yang terkumpul
di bumi kita tercinta nantinya?? Lalu dimanakah mahluk hidup berada??
Ini elektronik sekarang..
|
Inikah elektronik besok??
|
sampah elektronik yang menggunung
|
gunungan sampah elektronik hingga mampu membentuk suatu kota
E-Waste City, menarik??
|
jutaan compact disc bekas mampu membentuk paving indah dari
sebuah taman yang cukup luas, menarik??
|
Lalu dimanakah letak sampah
elektronik yang bisa membentuk sebuah kota seperti yang ditunjukkan oleh salah
satu gambar sebelumnya?? Kota tersebut adalah Guiyu di propinsi Guangdong, China
yang merupakan tujuan utama tempat pembuangan sampah elektronik terbesar di dunia
dari negara-negara maju. Dimana Kota Guiyu sudah mulai menerima sampah elektronik sejak tahun 1995
dengan jumlah sekitar 1,5 juta ton limbah elektronik tiap tahun. Setidaknya
terdapat 5.500 industri rumahan yang mengolah limbah elektronik dan
mempekerjakan setidaknya 150.000 orang pekerja.
Main Electronic Waste Recycling Countries Map
|
para pekerja di pembuangan
sampah elektronik Guiyu-China
|
Lalu mengapa China
tertarik menerima kiriman sampah elektronik?? Jawabannya sangat menarik.. Mari
kita bahas sedikit..
Dimulai dari proses sampah
elektronik yang datang melalui pelabuhan laut yang diangkut dengan menggunakan
truk kontainer, lalu dikumpulkan di tempat pembuangan sampah elektronik akhir. Kemudian
sampah elektronik tersebut dimasukkan lagi di dalam sebuah gudang penampungan. Setelah itu sampah elektronik dipilah-pilih
dan dikelompok-kelompokkan. Proses selanjutnya komponen-komponen dari sampah
elektronik dipisah-pisahkan. Proses terakhir dibagi menjadi dua yaitu:
- komponen-komponen
tersebut dibersihkan dan dibawa ke pabrik untuk dipasang pada PCB (Printed Circuit Board) yang baru lalu
dirakit pada Casing elektronik yang baru kemudian diberi merek China.
- komponen-komponen yang
tak laku dijual dibawa ketempat daur ulang untuk dilebur dan dipanaskan untuk
mendapatkan kandungan timah, tembaga, dan emas murni di dalamnya.
Itulah mengapa China
tertarik untuk menerima kiriman sampah elektronik dari negara-negara maju
dengan jumlah yang menggunung karena dipertimbangkan bahwa dengan pemanfaatan
sampah elektronik ini bisa menjadi rantai kegiatan ekonomi baru bagi China.
gudang penampungan sampah elektronik
|
kelompok sampah elektronik : monitor computer
|
kelompok sampah elektronik : keyboard komputer
|
kelompok sampah elektronik : televisi
|
kelompok sampah elektronik : telepon genggam
|
pemisahan komponen-komponen sampah elektronik
|
polusi udara yang
diakibatkan oleh peleburan dan pembakaran komponen-komponen sampah elektronik
Dalam kesehariannya, banyak
dari para pekerja menggunakan alat pengaman seadanya hingga mengabaikan
keselamatan dan kesehatan mereka sendiri. Karena bekerja secara ''primitif''
inilah, telah membuat 88% pekerja rentan terhadap gangguan neurologi,
pernapasan, dan juga kulit. Banyak pekerja anak yang menderita karena tingginya
tingkat pencemaran lingkungan akibat timah. Menurut laporan Universitas
Shantou, jumlah penderita kanker di Guiyu cukup tinggi. Begitu pula kasus
keguguran pada wanita hamil sangat memprihatinkan.
seorang pekerja wanita
tanpa alat pengaman pernapasan dalam melebur komponen-komponen sampah elektronik
Pada akhirnya, semua
pembahasan dan penggambaran secara panjang lebar tentang adanya sampah elektronik yang kian membludak
di tahun-tahun mendatang akibat meningkatnya kebutuhan barang-barang elektronik
dalam peradaban manusia modern saat ini, akan mengacu ‘secara khusus’ untuk dapat
memberikan ‘sebuah peringatan’ bagi negara kita tercinta Indonesia, agar secara
sadar dan juga merasa berkewajiban memiliki tanggung jawab yang besar terhadap
sampah elektronik ini. Mengapa begitu?? Karena, masyarakat Indonesia dikenal
cukup konsumtif dalam berbelanja barang-barang elektronik.
Itulah mengapa
walaupun saya adalah seorang gadget freak,
tetapi saya tetap menganjurkan untuk mengurangi kebiasaan bergonta-ganti
telepon genggam dan barang elektronik lainnya yang masih ‘mengusung’ teknologi
yang sama, atau senang berganti-ganti gadget
hanya karena mengikuti ‘trend’, seperti yang telah saya singgung pada
pembahasan sebelumnya (Mengurangi Dampak Lingkungan). Dan satu hal yang tak
kalah pentingnya, jangan lupa terhadap ‘kewaspadaan’ kita sebagai negara yang
mungkin saja menjadi ‘target sasaran’ pengiriman sampah elektronik selanjutnya,
sehingga kewaspadaan itu harus segera ditingkatkan demi kelangsungan
kelestarian alam Indonesia sebelum terlambat. Jadi… PILIHLAH ALAM LESTARI
DIBANDING SAMPAH CANGGIH!!!
andakah salah satu
yang duduk dengan senyum bahagia di E-Waste tractor ini??
http://ayusulastrini.blogspot.com/2012/02/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
|
artiken menarik, hmmm kemajuan memang pisau bermata 2
BalasHapusfi