Tanaman-Tanaman Yang Bersifat
Koagulan
Koagulasi adalah peristiwa pengendapan atau penggumpalan partikel
koloid dengan bantuan koagulan. Proses koagulasi terjadi akibat tidak stabilnya
sistem koloid yang disebabkan penambahan zat elektrolit kedalam sistem koloid tersebut.
Kegunaan koagulasi yaitu memudahkan partikel-partikel tersuspensi yang sangat
lembut dan bahan-bahan koloid didalam air menjadi agregat dan membentuk flok,
sehingga dapat dipisahkan dengan proses pengendapan.
Koagulan adalah zat pengendap yang ditambahkan dalam proses pengendapan
dan penyaringan atau senyawa yang mempunyai kemampuan mendestabilkan koloid
dengan menetralkan muatan listrik pada permukaan koloid sehingga terbentuk inti
gumpalan dan dapat bergabung satu sama lain membuat flok dengan ukuran yang
lebih besar sehingga mudah mengendap.
Ada tiga
faktor yang menentukan keberhasilan suatu proses koagulasi yaitu:
1.
Jenis bahan
kimia koagulan yang dipakai
2.
Dosis
pembubuhan bahan kimia
3.
Pengadukan
dari bahan kimia
Penggunaan koagulan alami dari tanaman :
1.
Biji Kelor (Moringa
oleifera)
Biji kelor merupakan
alternatif koagulan organik. Biji kelor sebagai koagulan dapat digunakan dengan
dua cara yaitu biji kering dengan kulitnya dan biji kering tanpa kulitnya
(Ndabigengesere dkk, 1995). Pohon kelor (Moringa oleifera)
diketahui mengandung polielektrolit kationik dan flokulan alamiah dengan
komposisi kimia berbasis polipeptida yang mempunyai berat molekul mulai dari
6000 sampai 16000 dalton, mengandung hingga 6 asam-asam amino terutama asam
glutamat, mentionin, dan arginin (Jahn, 1986). Sebagai bioflokulan, biji kelor
kering dapat digunakan untuk mengkoagulasi-flokulasi kekeruhan air (Jahn, 1986;
Sani, 1990; Bina, 1991 dalam Muyibi dan Evison, 1995; Narasiah dkk, 2002).
Dalam proses koagulasinya, biji kelor memberikan
pengaruh yang kecil terhadap derajat keasaman dan konduktivitas. Jumlah lumpur
yang diproduksi biji kelor lebih sedikit dari jumlah lumpur yang diproduksi
oleh ferro sulfat sebagai koagulan (Chandra, 1998).
Bahan koagulan dalam biji kelor adalah protein
kationik yang larut dalam air. Potensial zeta larutan 5% biji kelor tanpa kulit
adalah sekitar +6 mV (Ndabigengesere dkk, 1995). Hal ini menunjukkan bahwa
larutan ini didominasi oleh tegangan positif, meskipun merupakan campuran
heterogen yang kompleks. Potensial zeta air sintetik adalah sekitar -46 mV. Hal
ini menunjukkan bahwa pada pH netral, partikel-partikel bermuatan negatif.
Akibatnya, koagulasi partikel tersuspensi dengan biji kelor dipengaruhi oleh
proses destabilisasi tegangan negatif koloid oleh polielektrolit kationik.
2. Biji Asam Jawa (Tamarindus indica L.)
Biji asam jawa dapat
digunakan sebagai koagulan alami dalam perbaikan kualitas air tanah telah
dilakukan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kemampuan serbuk biji asam
jawa sebagai biokoagulan untuk memperbaiki kualitas air dan pengaruhnya
terhadap parameter kualitas air, yang meliputi: temperatur, pH, konduktivitas,
kekeruhan, oksigen terlarut, kandungan logam berat, dan total koliform. Hasil jar test diperoleh
dosis optimum 0,009% (penurunan turbiditas 99,72%) untuk biji asam jawa dan 0,03%.
Nilai pH optimum diperoleh pada pH 3. Penggunaan ekstark biji asam jawa tidak
memberikan pengaruh yang berarti terhadap parameter temperatur, pH,
konduktivitas, dan logam berat. Penggunaan biji asam jawa tidak menurunkan
angka BOD. Ekstrak biji asam jawa mampu menurunkan angka total koliform.
3. Biji Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.)
Ekstrak biji kecipir dapat
digunakan sebagai koagulan alami dalam perbaikan kualitas air tanah. Ekstrak
biji kecipir ini memiliki kemampuan sebagai biokoagulan yang sama dengan biji
asam jawa.
Hasil jar test diperoleh
penurunan turbiditas 92,03% untuk ekstrak biji kecipir. Nilai pH optimum
diperoleh pada pH 3. Bedanya dengan biji asam jawa adalah bahwa Ekstrak biji
kecipir tidak efektif dalam menurunkan angka total koliform.
Selain itu, ekstrak biji kecipir
ini dapat dijadikan sebagai koagulan dalam proses koagulasi protein dengan
proses pemanasan. Dalam
rangka penyediakan tambahan gizi bagi kehidupan manusia diperlukan produk
makanan yang mengandung protein.
Daging merupakan salah
satu bahan makanan yang mengandung protein kadar tinggi. Daging dapat berasal
dari hewan (hewani) maupun biji-bijian (nabati). Biji kecipir dapat digunakan
sebagai bahan pembuatan daging nabati. Penelitian ini dimaksudkan untuk
mengkoagulasi protein dari biji kecipir sebagai bahan pembuatan daging nabati.
Tujuan penelitian adalah
mempelajari pengaruh waktu, suhu, dan tekanan pada koagulasi protein biji
kecipir dan mencari kondisi proses yang relatif baik. Penelitian dilakukan
dengan mengekstraksi serbuk biji kecipir seberat 30 gram dengan menggunakan 300
ml akuades di dalam tangki yang dilengkapi pengaduk. Slurry dalam tangki diaduk
dengan kecepatan 150 rpm selama 60 jam pada suhu 60oC dan ekstraksi dilakukan
sebanyak 4 tahap.
Filtrat hasil ekstraksi
diambil 100 ml untuk dilakukan proses koagulasi. Variabel yang diteliti adalah
suhu (50–70oC), waktu (1–3 jam), dan tekanan (vakum dan 1 atm). Jumlah protein
dalam padatan protein dianalisis memakai makro kjeldahl. Dari hasil penelitian
disimpulkan bahwa pada kisaran 50-60oC yield protein semakin meningkat, tetapi
pada suhu 70oC dan tekanan 1 atm yield protein berkurang. Selain itu, semakin
lama waktu yang digunakan untuk koagulasi dan semakin rendah tekanan yang
digunakan, maka yield protein yang didapat semakin besar.
http://id.scribd.com/doc/56379118/Proses-Penjernihan-Air-dengan-Penambahan-Koagulanhttp://duniawarnaku.wordpress.com/2012/10/01/koagulan-alami/
eprints.undip.ac.id/36848/1/1146
Tidak ada komentar:
Posting Komentar